PERBEDAAN MANAGER DAN PEMIMPIN

Senin, 27 Desember 2010

| | |
Selama ini orang beranggapan bahwa seorang manajer sama dengan seorang pemimpin. Karena pada kenyataannya sering kali istilah manajer digunakan untuk menyebut seorang pemimpin. Akan tetapi,yang  sebenarnya adalah manajer dan pemimpin memiliki perbedaan dan memiliki peranan masing-masing. Untuk mengetahui perbedaan-perbedaan tersebut berikut ini adalah Perbedaan Manajer dan Pemimpin yaitu sebagai berikut:

1.      Dalam hal perencanaan
Manajer akan merencanakan sesuatu berdasarkan hal-hal yang sifatnya prosedural, teknis, terarah, tegas, dan tidak bertele-tele namun jika pemimpin tidak merencanakan sesuatu karena pemimpin tidak merancang rencana prosedural, pemimpin lebih memiliki visi atau pandangan dalam perencanaannya.
2.      Dalam hal pengaruh
Manajer memiliki pengaruh hanya dalam batasan formal, yang artinya dia akan memiliki pengaruh ketika dia secara formal diberikan jabatan seorang manajer
kalau pemimpin memiliki pengaruh luas, kharismatik, dan energik dalam berpikir, bahkan ketika pemimpin itu sudah tidak jadi pemimpin lagi, pendapat-pendapatnya akan tetap di pertimbangkan dan diutamakan

3.         Dalam mengontrol organisasi dan anak buahnya         
Sang manajer akan cenderung malas untuk memberikan perhatian moral dalam mengontrol anak buahnya, namun justru lebih sering memberikan control yang sifatnya prosedural, seperti memberikan sanksi untuk memotivasi anak buahnya yang sudah menunjukkan gejala penurunan performa, hal ini berbeda dengan sang pemimpin, karena pemimpin(leader) justru akan memberikan kepedulian kepada anak buahnya jika performa anak buahnya menurun.

4.      Dalam mengatur sumber daya manusia di organisasinya          
Manajer akan memilih untuk memberikan perintah ini dan itu ketimbang menunggu anak buahnya melakukan sesuatu untuknya, misalnya manajer akan cenderung selalu memberikan tugas ini itu dan sebagainya, tugas itu biasanya terkesan menuntut jika pemimpin justru akan memberikan kekuatan wewenangnya untuk memberdayakan (empowering) anak buahnya, biasanya pemimpin akan menjelaskan keinginan yang berkaitan dengan organisasi dengan anak buahnya, tanpa menjelaskan bagaimana, apa, dan siapa yang harus merealisasikannya, namun justru anak buahnya akan dengan senang hati merealisasikannya untuknya

5.      Dalam hal tujuan yang ingin dicapai
Manajer memiliki tujuan yang jelas dan memiliki target kuantitatif, yaitu mendapatkan hasil yang sudah digariskan perusahaan atau organisasi miliknyanamun pemimpin akan lebih suka memperbaiki sistem di organisasinya yang ia rasakan kurang atau belum sempurna

6.      Dalam hal fungsi
Sesungguhnya antara pemimpin dan manajer memiliki fungsi yang berbeda. Seorang pemimpin memiliki fungsi dasar adalah mengarahkan dan menggerakkan seluruh bawahan untuk bergerak pada arah yang sama yaitu tujuan. Sedangkan fungsi seorang manajer adalah managemen, yaitu kegiatan-kegiatan seputar perencanaan (planning), pengorganisasian (organising), penempatan staff (staffing), pengarahan (directing) dan kontrol (controlling).

7.      Dalam hal berkaitan dengan objeknya
Bila berhubungan dengan orang, maka kedudukan pemimpin dan manajer adalah sama, bahwa mereka adalah atasan dan yang menjadi obyek kedudukan mereka adalah bawahan. Tapi berhubungan dengan obyek ini juga ada perbedaan, bahwa pemimpin selalu dan hanya berhubungan dengan orang-orang/para bawahan, sedangkan manajer tidak. Manajer yang melakukan fungsi manajemen tidak selalu berhubungan dengan orang, tetapi juga bisa dengan berbagai hal lain yang tidak berbentuk orang, seperti waktu kemudian dikenal manajemen waktu, berhubungan dengan tujuan maka disebut dengan manajemen tujuan, dsb. Maka dari sini kita bisa menyimpulkan istilah manajer diberikan dikarenakan ia melakukan fungsi manajemen bukana karena semata-mata posisi dia sebagai atasan, karena itu juga ada tingkatan manajer, seperti manajer tingkat atas (top manajer), manajer tingkat menengah (midle manajer) dan manajer tingkat rendah (low manajer). Sedangkan seseorang disebut sebagai pemimpin/pimpinan semata-mata karena posisi dia sebagai atasan. Karena itu dalam kepemimpinan tidak dikenal dualisme kepemimpinan karena hanya akan memecah belah dan menghancurkan. Pemimpin haruslah satu.

8.      Dalam hal menjalankan fungsinya
Seorang manajer lebih sering memanfaatkan wewenang dan kekuasaan jabatan secara struktural yang memiliki kekuatan mengikat dengan dapat melakukan paksaan/hukuman untuk mengarahkan bawahan. Sedangkan seorang pemimpin lebih menekankan pengaruh/karisma yang dimilikinya sehingga bawahan secara sadar untuk mengikuti arahan sang pemimpin. Ia menstimulasi, memfasiltasi, dan berpastisipasi dalam setiap kegiatan yang menginginkan bawahan mengikutinya. Tidak dengan hadiah, paksaan atau hukuman.

9.      Berdasarkan jalannya menjadi manajer atu pemimpin
Seorang manajer dipilih melalui jalur formal, seperti dipilih oleh komisaris atau direktur, sedangkan pemimpin biasanya berdasar pilihan dan kontrak sosial dengan anggota atau bawahan.

10.  Dalam hal menjalankan tugasnya
Bennis dan Nanus, dua orang pakar manajemen, dalam bukunya “Leaders” , membuat perbedaan antara manajer dan pemimpin. Manager menjalankan tugasnya dengan benar, sementara pemimpin melakukan sesuatu yang benar.

Penyakit Pada Tanaman Anggrek

Selasa, 07 Desember 2010

| | |
Curah hujan sangat tinggi, menyebabakan kelembaban relatif lebih tinggi dari biasanya. Jamur dan bakteri akan berkembang pesat. Untuk tanaman anggrek kondisi ini sangat tidak menguntungkan. Terutama  tanaman anggrek yang tidak memakai green house, alias dipelihara dialam terbuka dengan naungan paranet. Kurang ketelitian akan serangan jamur dan bakteri pada tanaman anggrek akan mematikan tanaman  karena penyebaran penyakit ini terjadi dengan cepat. Dan berikut ini adalah beberapa penyakit pada tanaman anggrek yang disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus:
1. Penyakit yang disebabkan oleh jamur(Cendawan)
Secara umum ditandai dengan rusaknya jaringan terutama pada daun. Pada daun bagian bawah terlihat noda-noda warna kuning dan spora jamurnya terlihat sebagai bintik-bintik warna coklat kehitaman. Kebanyakan jamur menyerang pangkal daun dan biasanya pada phalaenopsis, vanda, spathoglottis dan cymbidium. Dengan ciri, daun tampak seperti masih segar, tapi tiba-tiba terlepas karena pangkalnya membusuk dan berlendir.
  • Penyakit busuk hitam (bercak hitam). Disebabkan oleh jamur Phytophtora omnivora. Cirinya timbul warna hitam pada pangkal daun tanaman anggrek. Daun yang terserang terkulai lemas, karena pangkal daun yang menghitam akan melunak dan akhirnya membusuk.  Dapat dikendalikan dengan fungisida seperti baycor, benlate, vondoszeb 80 WP, Diethane M-45.
  • Penyakit busuk akar. Disebabkan oleh jamur Rhizoctania sp. Gejala tanaman anggrek yang terserang penyakit ini batangnya menipis dan membengkok serta daunnya rontok. Pada awalnya jamur ini menyerang leher akar anggrek yang kemudian menjalar ke batang tanaman. Pengendaliannya dengan fungisida seperti benlate, diethane M-45, vondoszeb 80 WP, baycor atau truban.
  • Penyakit layu fusarium. Disebabkan oleh jamur Fusarium sp. Layu fusarium menyerang pada akar yang terluka, yaitu saat pindah tanam atau saat perbanyakan tanaman dengan membelah rimpang. Gejalanya tanaman anggrek yang terserang layu seperti kekurangan air, daunya menguning dan mengeriput. Mengatasinya saat pindah tanam akar dapat direndam dengan fungisida. Luka pada rimpang saat perbanyakan tanaman dapat diolesi antracol atau diethane M-45. Sedang penyemprotan dapat dilakukan dengan benlate.
2.Penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
Biasanya daunlah yang paling menderita. Daun yang diserang warnanya menjadi lebih hijau, lembek dan berair. Selanjutnya bekas luka serangan menjadi bercak-bercak coklat seperti karat pada besi. Menyerang pada tanaman anggrek phalaenopsis, cattleya, dendrobium, paphiopedilum, cymbidium.
  • Penyakit busuk lunak (soft-rot). Penyakit ini ada yang menyebutnya busuk basah atau bonyok daun. Disebabkan oleh bakteri Erwinia sp. Daun yang terserang menjadi lunak, basah dan berubah wana menjadi hijau lebih gelap serta mengeluarkan bau yang tidak sedap. Penyebarannya sangat cepat. Dalam tujuh hari sudah menjalar kepangkal daun dan dapat menyebabkan kematian pada tanaman. Penyakit ini biasanya menyerang pada anggrek cattleya, phalaenopsis, paphiopedilum, cymbidium. Dapat disembuhkan dengan menyemprotkan cuprocide 54-J, Agrimycine, dengan catatan penyakit belum menyebar secara merata.
  • Penyakit bercak daun (leafspot). Disebut juga bacterium cattleya, karena sangat berbahaya pada tanaman anggrek cattleya. Tapi juga menyerang phalaenopsis dan kadang-kadang pada dendrobium serta paphiopedilum. Bakteri ini biasanya menyerang pada tunas baru dan menghancurkan mata tunas. Gejalanya terlihat bintik agak tua, berisi cairan dan cepat membesar, lalu berubah menjadi coklat tua agak kehitaman. Kondisi temperatur dan kelembaban yang mempercepat proses penyebaran. Dapat diatasi dengan Agrimycine atau cuprocide 54-J, asal tidak terlambat.
  • Penyakit busuk daun. Gejalanya dimulai infeksi pada ujung daun atau pangkal daun. Jaringan akan menjadi kuning keabuan yang akhirnya cerah atau bening. Tangkai daun menjadi kisut, namun tidak menjalar keseluruh tanaman. Bisa diatasi dengan menyemprot agrimycine atau cuprocide 54-J.
3. Penyakit akibat Virus
        Tidak ada cara pengobatan terhadap virus, hanya bersifat pencegahan agar tidak menular pada tanaman lainnya. Sekali tanaman terkena virus, maka selamanya tanaman tersebut terinfeksi, oleh sebab itu sebaiknya tanaman tersebut dimusnahkan.
  • Cymbidium Mosaic. Penyebabnya yaitu virus Cymbidium Mosaic. Sebenarnya penyakit ini salah nama, karena dapat menyerang semua jenis anggrek. Awalnya terdapat bintik2 kekuning2an sebagai akibat adanya sel yang mati, kemudian menjadi menghitam dan cekung. Bercak biasanya bulat biasa, kadangkala membentuk belah ketupat pada daun. Pada cattleya dan phalaenopsis ditandai dengan bercak ke-unguan, kemudian menjadi coklat juga setelah beberapa minggu. semula berupa bercak kekuningan lalu muncul jaringan mati berbintik, bergaris atau lingkaran. Pada daun yang sudah tua terdapat banyal bintik2 sebagai akibat terdapat jaringan yang mati. Pengendalian yaitu dengan memotong dan membuang bagian tanaman yang terinfeksi. Serta menstrerilkan semua alat potong dan alat lain untuk tanaman.
  •  Bercak bercincin (TMV). Penyebabnya yaitu virus TMV (Tobacco Mosaic Virus).
    Gejalanya timbul lingkaran atau garis-garis kekuningan pada permukaan daun. Gejala lainnya hampir sama seperti Cymbidium Mosaic diatas. Pengendalian dengan cara motong dan membuang bagian tanaman yang terinfeksi menstrerilkan semua alat potong dan alat lain untuk tanaman. Perokok tidak boleh menangani tanaman sambil merokok.
Musim hujan memang merupakan musim yang subur bagi pertumbuhan penyakit jamur dan bakteri. Kewaspadaanlah yang dibutuhkan. Kontrol tanaman diperketat. Drainase dan sirkulasi udara diperbaiki. Lebih baik mengadakan pencegahan dini. Namun demikian bila memperlihatkan gejala-gejala serangan penyakit lebih awal dapat terdeteksi. Isolasikan tanaman-tanaman anggrek yang terserang penyakit, untuk menghindari penyebaran yang lebih luas. Bila ada tanaman yang parah, potong bagian yang terserang dan musnahkan. Kemudian peralatan yang digunakan disterilisasi agar tidak menginfeksi tanaman yang sehat. Langkah selanjutnya adalah obati tanaman yang terserang sesuai dengan deteksi indikasi penyakitnya.

PERBANDINGAN KOMPOSISI MEDIA KULTUR JARINGAN

| | |
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-macam media kultur jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak. Nama-nama media tumbuh untuk eksplan ini biasanya sesuai dengan nama penemunya. Media tumbuh untuk eksplan berisi kualitatif komponen bahan kimia yang hampir sama, hanya agak berbeda dalam besarnya kadar untuk tiap-tiap persenyawaan.
Formulasi media kultur jaringan pertama kali dibuat berdasarkan komposisi larutan yang digunakan untuk hidroponik, khususnya komposisi unsur-unsur makronya. Unsur-unsur hara diberikan dalam bentuk garam-garam anorganik. Koposisis media dan perkembangan formulasinya didasarkan pada jenis jaringan, organ dan tanaman yang digunakan serta pendekatan dari masing-masing peneliti. Beberapa jenis sensitif terhadap konsentrasi senyawa makro tinggi atau membutuhkan zat pengatur tertentu untuk pertumbuhannya.
Berikut ini adalah perbandingan komposisi beberapa medssia kultur jaringan,yaitu diantaranya:
A.  Media Murashige & Skoog (media MS)
Media MS paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan kultur, merupakan perbaikan komposisi media Skoog, Pertama kali unsur-unsur makro dalam media MS dibuat untuk kultur kalus tembakau, tetapi komposisi MS ini sudah umum digunakan untuk kultur jaringan jenis tanaman lain.
Media MS mengandung 40 mM N dalam bentuk NO3 dan 29 mM N dalam bentuk NH4+. Kandungan N ini, lima kali lebih tinggi dari N total yang terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi dari media tembakau Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media White. Kalium juga ditingkatkan sampai 20 mM, sedangkan P, 1.25 mM. Unsur makro lainnya konsemtrasinya dinaikkan sedikit.
Pada tahun-tahun sesudah penemuan media MS, dikembangkan media-media lain berdasarkan media MS tersebut, antara lain media :
1.           Lin & Staba, menggunakan media dengan setengah dari komposisi unsur makro MS, dan memodifikasi : 9 mM ammonium nitrat yang seharusnya 10mM, sedangkan KH2 PO4 yang dikurangi menjadi 0.5 Mm, tidak 0.625 mM. Larutan senyawa makro dari media Lin & Staba, kemudian digunakan oleh Halperin untuk penelitian embryogenesis kultur jaringan wortel dan juga digunakan oleh Bourgin & Nitsch (1967 dalam Gunawan 1988) serta Nitsch & Nitsch (1969 dalam Gunawan 1988) dalam penelitian kultur anther.
2.         Modifikasi media MS yang lain dibuat oleh Durzan et alI (1973 dalam Gunawan 1988) untuk kultur suspensi sel white spruce dengan cara mengurangi konsentrasi K+ dan NO3-, dan menambah konsentrasi Ca2+ nya.
3.    Chaturvedi et al (1978) mengubah media MS dengan menurunkan konsentrasi NO3-, K+, Ca2+, Mg2+ dan SO4-2 untuk keperluan kultur pucuk Bougainvillea glabra.
B.  Media Gamborg B5 (media B5)
Pertama kali dikembangkan untuk kultur kalus kedelai dengan konsentrasi nitrat dan amonium lebih rendah dibandingkan media MS. Untuk selanjutnya media B5 dikembangkan untuk kultur kalus dan suspensi, serta sangat baik sebagai media dasar untuk meregenerasi seluruh bagian tanaman.. Pada masa ini media B5 juga digunakan untuk kultur-kultur lain. Media ini dikembangkan dari komposisi PRL-4, media ini menggunakan konsentrasi NH4+ yang rendah, karena konsentrasi yang lebih tinggi dari 2 mM menghambat pertumbuhan sel kedelai. Fosfat yang diberikan setelah 1 mM, Ca2+ antara 1-4 mM, sedangkan Mg2+ antara 0.5-3 mM (Gamborg et al, 1968).
C.  Media Schenk & Hildebrant (media SH)
 Merupakan media yang juga cukup terkenal, untuk kultur kalus tanaman monokotil dan dikotil (Trigiano & Gray, 2000). Konsentrasi ion-ion dalam komposisi media SH sangat mirip dengan komposisi pada media Gamborg dengan perbedaan kecil yaitu level Ca2+, Mg2+, dan PO4-3 yang lebih tinggi. Schenk & Hildebrant mempelajari pertumbuhan jaringan dari 37 jenis tanaman dalam media SH dan mendapatkan bahwa: 32 % dari spesies yang dicobakan, tumbuh dengan sangat baik, 19% baik, 30% sedang, 14% kurang baik, dan 5% buruk pertumbuhannya. Tetapi karena zat tumbuh yang diberikan pada tiap jenis tanaman tersebut berbeda. Media SH ini cukup luas penggunaannya, terutama untuk tanaman legume.
D.  Media WPM (Woody Plant Medium)
Dikembangkan oleh Lioyd & Mc Coen pada tahun 1981, merupakan media dengan konsentrasi ion yang lebih rendah dari media MS. Media diperuntukkan khusus tanaman berkayu, dan dikembangkan oleh ahli lain, tetapi sulfat yang digunakan lebih tinggi dari sulfat pada media WPM. Saat ini WPM banyak digunakan untuk perbanyakan tanaman hias berperawakan perdu dan pohon-pohon.
E.  Media Nitsch & Nitsch
Menggunakan NO3- dan K+ dengan kadar yang cukup tinggi untuk mengkulturkan jaringan tanaman artichoke Jerussalem. Penambahan ammonium khlorida sebanyak 0.1 mM, menghasilkan pertumbuhan jaringan yang menurun. Mereka mengambil kesimpulan, bahwa NH4+ sangat menunjang pertumbuhan kalus tembakau (Miller et al, (1956 dalam Gunawan 1988).
F.   Media Knop
Dapat juga digunakan untuk menumbuhkan kalus wortel. Kultur kalus, biasanya ditumbuhkan pada media dengan kosentrasi garam-garam yang rendah seperti dalam kultur akar dengan penambahan suplemen seperti glucosa, gelatine, thiamine, cysteine-HCl dan IAA (Dodds and Roberts, 1983).
G.  Media White
Dikembangkan oleh Hildebrant untuk keperluan kultur jaringan tumor bunga matahari, ditemukan bahwa unsur makro yang dibutuhkan kultur tersebut, lebih tinggi dari pada yang dibutuhkan oleh kultur tembakau. Unsur F, Ca, Hg dan S, pada media untuk tumor bunga matahari ini, sama dengan media untuk jaringan normal yang dikembangkan kemudian. Konsentrasi NO3- dan K+ yang digunakan Hildebrant ini lebih tinggi dari media white, tetapi masih lebih rendah dari pada media-media lain yang umum digunakan sekarang.
H.  Media Knudson dan media Vacin and Went
Media ini dikembangkan khusus untuk kultur anggrek. Tanaman yang ditanam di kebun dapat tumbuh dengan baik dengan pemupukan yang hanya mengandung N dari Nitrat. Knudson pada tahun 1922, menemukan penambahan 7.6 mM NH4+ disamping 8.5 mM NO3-, sangat baik untuk perkencambahan dan pertumbuhan biji anggrek. Penambahan NH4+ ternyata dibutuhkan untuk perkembangan protocorm.



PERBEDAAN MANAGER DAN PEMIMPIN

Selama ini orang beranggapan bahwa seorang manajer sama dengan seorang pemimpin. Karena pada kenyataannya sering kali istilah manajer digunakan untuk menyebut seorang pemimpin. Akan tetapi,yang  sebenarnya adalah manajer dan pemimpin memiliki perbedaan dan memiliki peranan masing-masing. Untuk mengetahui perbedaan-perbedaan tersebut berikut ini adalah Perbedaan Manajer dan Pemimpin yaitu sebagai berikut:

1.      Dalam hal perencanaan
Manajer akan merencanakan sesuatu berdasarkan hal-hal yang sifatnya prosedural, teknis, terarah, tegas, dan tidak bertele-tele namun jika pemimpin tidak merencanakan sesuatu karena pemimpin tidak merancang rencana prosedural, pemimpin lebih memiliki visi atau pandangan dalam perencanaannya.
2.      Dalam hal pengaruh
Manajer memiliki pengaruh hanya dalam batasan formal, yang artinya dia akan memiliki pengaruh ketika dia secara formal diberikan jabatan seorang manajer
kalau pemimpin memiliki pengaruh luas, kharismatik, dan energik dalam berpikir, bahkan ketika pemimpin itu sudah tidak jadi pemimpin lagi, pendapat-pendapatnya akan tetap di pertimbangkan dan diutamakan

3.         Dalam mengontrol organisasi dan anak buahnya         
Sang manajer akan cenderung malas untuk memberikan perhatian moral dalam mengontrol anak buahnya, namun justru lebih sering memberikan control yang sifatnya prosedural, seperti memberikan sanksi untuk memotivasi anak buahnya yang sudah menunjukkan gejala penurunan performa, hal ini berbeda dengan sang pemimpin, karena pemimpin(leader) justru akan memberikan kepedulian kepada anak buahnya jika performa anak buahnya menurun.

4.      Dalam mengatur sumber daya manusia di organisasinya          
Manajer akan memilih untuk memberikan perintah ini dan itu ketimbang menunggu anak buahnya melakukan sesuatu untuknya, misalnya manajer akan cenderung selalu memberikan tugas ini itu dan sebagainya, tugas itu biasanya terkesan menuntut jika pemimpin justru akan memberikan kekuatan wewenangnya untuk memberdayakan (empowering) anak buahnya, biasanya pemimpin akan menjelaskan keinginan yang berkaitan dengan organisasi dengan anak buahnya, tanpa menjelaskan bagaimana, apa, dan siapa yang harus merealisasikannya, namun justru anak buahnya akan dengan senang hati merealisasikannya untuknya

5.      Dalam hal tujuan yang ingin dicapai
Manajer memiliki tujuan yang jelas dan memiliki target kuantitatif, yaitu mendapatkan hasil yang sudah digariskan perusahaan atau organisasi miliknyanamun pemimpin akan lebih suka memperbaiki sistem di organisasinya yang ia rasakan kurang atau belum sempurna

6.      Dalam hal fungsi
Sesungguhnya antara pemimpin dan manajer memiliki fungsi yang berbeda. Seorang pemimpin memiliki fungsi dasar adalah mengarahkan dan menggerakkan seluruh bawahan untuk bergerak pada arah yang sama yaitu tujuan. Sedangkan fungsi seorang manajer adalah managemen, yaitu kegiatan-kegiatan seputar perencanaan (planning), pengorganisasian (organising), penempatan staff (staffing), pengarahan (directing) dan kontrol (controlling).

7.      Dalam hal berkaitan dengan objeknya
Bila berhubungan dengan orang, maka kedudukan pemimpin dan manajer adalah sama, bahwa mereka adalah atasan dan yang menjadi obyek kedudukan mereka adalah bawahan. Tapi berhubungan dengan obyek ini juga ada perbedaan, bahwa pemimpin selalu dan hanya berhubungan dengan orang-orang/para bawahan, sedangkan manajer tidak. Manajer yang melakukan fungsi manajemen tidak selalu berhubungan dengan orang, tetapi juga bisa dengan berbagai hal lain yang tidak berbentuk orang, seperti waktu kemudian dikenal manajemen waktu, berhubungan dengan tujuan maka disebut dengan manajemen tujuan, dsb. Maka dari sini kita bisa menyimpulkan istilah manajer diberikan dikarenakan ia melakukan fungsi manajemen bukana karena semata-mata posisi dia sebagai atasan, karena itu juga ada tingkatan manajer, seperti manajer tingkat atas (top manajer), manajer tingkat menengah (midle manajer) dan manajer tingkat rendah (low manajer). Sedangkan seseorang disebut sebagai pemimpin/pimpinan semata-mata karena posisi dia sebagai atasan. Karena itu dalam kepemimpinan tidak dikenal dualisme kepemimpinan karena hanya akan memecah belah dan menghancurkan. Pemimpin haruslah satu.

8.      Dalam hal menjalankan fungsinya
Seorang manajer lebih sering memanfaatkan wewenang dan kekuasaan jabatan secara struktural yang memiliki kekuatan mengikat dengan dapat melakukan paksaan/hukuman untuk mengarahkan bawahan. Sedangkan seorang pemimpin lebih menekankan pengaruh/karisma yang dimilikinya sehingga bawahan secara sadar untuk mengikuti arahan sang pemimpin. Ia menstimulasi, memfasiltasi, dan berpastisipasi dalam setiap kegiatan yang menginginkan bawahan mengikutinya. Tidak dengan hadiah, paksaan atau hukuman.

9.      Berdasarkan jalannya menjadi manajer atu pemimpin
Seorang manajer dipilih melalui jalur formal, seperti dipilih oleh komisaris atau direktur, sedangkan pemimpin biasanya berdasar pilihan dan kontrak sosial dengan anggota atau bawahan.

10.  Dalam hal menjalankan tugasnya
Bennis dan Nanus, dua orang pakar manajemen, dalam bukunya “Leaders” , membuat perbedaan antara manajer dan pemimpin. Manager menjalankan tugasnya dengan benar, sementara pemimpin melakukan sesuatu yang benar.

Penyakit Pada Tanaman Anggrek

Curah hujan sangat tinggi, menyebabakan kelembaban relatif lebih tinggi dari biasanya. Jamur dan bakteri akan berkembang pesat. Untuk tanaman anggrek kondisi ini sangat tidak menguntungkan. Terutama  tanaman anggrek yang tidak memakai green house, alias dipelihara dialam terbuka dengan naungan paranet. Kurang ketelitian akan serangan jamur dan bakteri pada tanaman anggrek akan mematikan tanaman  karena penyebaran penyakit ini terjadi dengan cepat. Dan berikut ini adalah beberapa penyakit pada tanaman anggrek yang disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus:
1. Penyakit yang disebabkan oleh jamur(Cendawan)
Secara umum ditandai dengan rusaknya jaringan terutama pada daun. Pada daun bagian bawah terlihat noda-noda warna kuning dan spora jamurnya terlihat sebagai bintik-bintik warna coklat kehitaman. Kebanyakan jamur menyerang pangkal daun dan biasanya pada phalaenopsis, vanda, spathoglottis dan cymbidium. Dengan ciri, daun tampak seperti masih segar, tapi tiba-tiba terlepas karena pangkalnya membusuk dan berlendir.
  • Penyakit busuk hitam (bercak hitam). Disebabkan oleh jamur Phytophtora omnivora. Cirinya timbul warna hitam pada pangkal daun tanaman anggrek. Daun yang terserang terkulai lemas, karena pangkal daun yang menghitam akan melunak dan akhirnya membusuk.  Dapat dikendalikan dengan fungisida seperti baycor, benlate, vondoszeb 80 WP, Diethane M-45.
  • Penyakit busuk akar. Disebabkan oleh jamur Rhizoctania sp. Gejala tanaman anggrek yang terserang penyakit ini batangnya menipis dan membengkok serta daunnya rontok. Pada awalnya jamur ini menyerang leher akar anggrek yang kemudian menjalar ke batang tanaman. Pengendaliannya dengan fungisida seperti benlate, diethane M-45, vondoszeb 80 WP, baycor atau truban.
  • Penyakit layu fusarium. Disebabkan oleh jamur Fusarium sp. Layu fusarium menyerang pada akar yang terluka, yaitu saat pindah tanam atau saat perbanyakan tanaman dengan membelah rimpang. Gejalanya tanaman anggrek yang terserang layu seperti kekurangan air, daunya menguning dan mengeriput. Mengatasinya saat pindah tanam akar dapat direndam dengan fungisida. Luka pada rimpang saat perbanyakan tanaman dapat diolesi antracol atau diethane M-45. Sedang penyemprotan dapat dilakukan dengan benlate.
2.Penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
Biasanya daunlah yang paling menderita. Daun yang diserang warnanya menjadi lebih hijau, lembek dan berair. Selanjutnya bekas luka serangan menjadi bercak-bercak coklat seperti karat pada besi. Menyerang pada tanaman anggrek phalaenopsis, cattleya, dendrobium, paphiopedilum, cymbidium.
  • Penyakit busuk lunak (soft-rot). Penyakit ini ada yang menyebutnya busuk basah atau bonyok daun. Disebabkan oleh bakteri Erwinia sp. Daun yang terserang menjadi lunak, basah dan berubah wana menjadi hijau lebih gelap serta mengeluarkan bau yang tidak sedap. Penyebarannya sangat cepat. Dalam tujuh hari sudah menjalar kepangkal daun dan dapat menyebabkan kematian pada tanaman. Penyakit ini biasanya menyerang pada anggrek cattleya, phalaenopsis, paphiopedilum, cymbidium. Dapat disembuhkan dengan menyemprotkan cuprocide 54-J, Agrimycine, dengan catatan penyakit belum menyebar secara merata.
  • Penyakit bercak daun (leafspot). Disebut juga bacterium cattleya, karena sangat berbahaya pada tanaman anggrek cattleya. Tapi juga menyerang phalaenopsis dan kadang-kadang pada dendrobium serta paphiopedilum. Bakteri ini biasanya menyerang pada tunas baru dan menghancurkan mata tunas. Gejalanya terlihat bintik agak tua, berisi cairan dan cepat membesar, lalu berubah menjadi coklat tua agak kehitaman. Kondisi temperatur dan kelembaban yang mempercepat proses penyebaran. Dapat diatasi dengan Agrimycine atau cuprocide 54-J, asal tidak terlambat.
  • Penyakit busuk daun. Gejalanya dimulai infeksi pada ujung daun atau pangkal daun. Jaringan akan menjadi kuning keabuan yang akhirnya cerah atau bening. Tangkai daun menjadi kisut, namun tidak menjalar keseluruh tanaman. Bisa diatasi dengan menyemprot agrimycine atau cuprocide 54-J.
3. Penyakit akibat Virus
        Tidak ada cara pengobatan terhadap virus, hanya bersifat pencegahan agar tidak menular pada tanaman lainnya. Sekali tanaman terkena virus, maka selamanya tanaman tersebut terinfeksi, oleh sebab itu sebaiknya tanaman tersebut dimusnahkan.
  • Cymbidium Mosaic. Penyebabnya yaitu virus Cymbidium Mosaic. Sebenarnya penyakit ini salah nama, karena dapat menyerang semua jenis anggrek. Awalnya terdapat bintik2 kekuning2an sebagai akibat adanya sel yang mati, kemudian menjadi menghitam dan cekung. Bercak biasanya bulat biasa, kadangkala membentuk belah ketupat pada daun. Pada cattleya dan phalaenopsis ditandai dengan bercak ke-unguan, kemudian menjadi coklat juga setelah beberapa minggu. semula berupa bercak kekuningan lalu muncul jaringan mati berbintik, bergaris atau lingkaran. Pada daun yang sudah tua terdapat banyal bintik2 sebagai akibat terdapat jaringan yang mati. Pengendalian yaitu dengan memotong dan membuang bagian tanaman yang terinfeksi. Serta menstrerilkan semua alat potong dan alat lain untuk tanaman.
  •  Bercak bercincin (TMV). Penyebabnya yaitu virus TMV (Tobacco Mosaic Virus).
    Gejalanya timbul lingkaran atau garis-garis kekuningan pada permukaan daun. Gejala lainnya hampir sama seperti Cymbidium Mosaic diatas. Pengendalian dengan cara motong dan membuang bagian tanaman yang terinfeksi menstrerilkan semua alat potong dan alat lain untuk tanaman. Perokok tidak boleh menangani tanaman sambil merokok.
Musim hujan memang merupakan musim yang subur bagi pertumbuhan penyakit jamur dan bakteri. Kewaspadaanlah yang dibutuhkan. Kontrol tanaman diperketat. Drainase dan sirkulasi udara diperbaiki. Lebih baik mengadakan pencegahan dini. Namun demikian bila memperlihatkan gejala-gejala serangan penyakit lebih awal dapat terdeteksi. Isolasikan tanaman-tanaman anggrek yang terserang penyakit, untuk menghindari penyebaran yang lebih luas. Bila ada tanaman yang parah, potong bagian yang terserang dan musnahkan. Kemudian peralatan yang digunakan disterilisasi agar tidak menginfeksi tanaman yang sehat. Langkah selanjutnya adalah obati tanaman yang terserang sesuai dengan deteksi indikasi penyakitnya.

PERBANDINGAN KOMPOSISI MEDIA KULTUR JARINGAN

Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-macam media kultur jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak. Nama-nama media tumbuh untuk eksplan ini biasanya sesuai dengan nama penemunya. Media tumbuh untuk eksplan berisi kualitatif komponen bahan kimia yang hampir sama, hanya agak berbeda dalam besarnya kadar untuk tiap-tiap persenyawaan.
Formulasi media kultur jaringan pertama kali dibuat berdasarkan komposisi larutan yang digunakan untuk hidroponik, khususnya komposisi unsur-unsur makronya. Unsur-unsur hara diberikan dalam bentuk garam-garam anorganik. Koposisis media dan perkembangan formulasinya didasarkan pada jenis jaringan, organ dan tanaman yang digunakan serta pendekatan dari masing-masing peneliti. Beberapa jenis sensitif terhadap konsentrasi senyawa makro tinggi atau membutuhkan zat pengatur tertentu untuk pertumbuhannya.
Berikut ini adalah perbandingan komposisi beberapa medssia kultur jaringan,yaitu diantaranya:
A.  Media Murashige & Skoog (media MS)
Media MS paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan kultur, merupakan perbaikan komposisi media Skoog, Pertama kali unsur-unsur makro dalam media MS dibuat untuk kultur kalus tembakau, tetapi komposisi MS ini sudah umum digunakan untuk kultur jaringan jenis tanaman lain.
Media MS mengandung 40 mM N dalam bentuk NO3 dan 29 mM N dalam bentuk NH4+. Kandungan N ini, lima kali lebih tinggi dari N total yang terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi dari media tembakau Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media White. Kalium juga ditingkatkan sampai 20 mM, sedangkan P, 1.25 mM. Unsur makro lainnya konsemtrasinya dinaikkan sedikit.
Pada tahun-tahun sesudah penemuan media MS, dikembangkan media-media lain berdasarkan media MS tersebut, antara lain media :
1.           Lin & Staba, menggunakan media dengan setengah dari komposisi unsur makro MS, dan memodifikasi : 9 mM ammonium nitrat yang seharusnya 10mM, sedangkan KH2 PO4 yang dikurangi menjadi 0.5 Mm, tidak 0.625 mM. Larutan senyawa makro dari media Lin & Staba, kemudian digunakan oleh Halperin untuk penelitian embryogenesis kultur jaringan wortel dan juga digunakan oleh Bourgin & Nitsch (1967 dalam Gunawan 1988) serta Nitsch & Nitsch (1969 dalam Gunawan 1988) dalam penelitian kultur anther.
2.         Modifikasi media MS yang lain dibuat oleh Durzan et alI (1973 dalam Gunawan 1988) untuk kultur suspensi sel white spruce dengan cara mengurangi konsentrasi K+ dan NO3-, dan menambah konsentrasi Ca2+ nya.
3.    Chaturvedi et al (1978) mengubah media MS dengan menurunkan konsentrasi NO3-, K+, Ca2+, Mg2+ dan SO4-2 untuk keperluan kultur pucuk Bougainvillea glabra.
B.  Media Gamborg B5 (media B5)
Pertama kali dikembangkan untuk kultur kalus kedelai dengan konsentrasi nitrat dan amonium lebih rendah dibandingkan media MS. Untuk selanjutnya media B5 dikembangkan untuk kultur kalus dan suspensi, serta sangat baik sebagai media dasar untuk meregenerasi seluruh bagian tanaman.. Pada masa ini media B5 juga digunakan untuk kultur-kultur lain. Media ini dikembangkan dari komposisi PRL-4, media ini menggunakan konsentrasi NH4+ yang rendah, karena konsentrasi yang lebih tinggi dari 2 mM menghambat pertumbuhan sel kedelai. Fosfat yang diberikan setelah 1 mM, Ca2+ antara 1-4 mM, sedangkan Mg2+ antara 0.5-3 mM (Gamborg et al, 1968).
C.  Media Schenk & Hildebrant (media SH)
 Merupakan media yang juga cukup terkenal, untuk kultur kalus tanaman monokotil dan dikotil (Trigiano & Gray, 2000). Konsentrasi ion-ion dalam komposisi media SH sangat mirip dengan komposisi pada media Gamborg dengan perbedaan kecil yaitu level Ca2+, Mg2+, dan PO4-3 yang lebih tinggi. Schenk & Hildebrant mempelajari pertumbuhan jaringan dari 37 jenis tanaman dalam media SH dan mendapatkan bahwa: 32 % dari spesies yang dicobakan, tumbuh dengan sangat baik, 19% baik, 30% sedang, 14% kurang baik, dan 5% buruk pertumbuhannya. Tetapi karena zat tumbuh yang diberikan pada tiap jenis tanaman tersebut berbeda. Media SH ini cukup luas penggunaannya, terutama untuk tanaman legume.
D.  Media WPM (Woody Plant Medium)
Dikembangkan oleh Lioyd & Mc Coen pada tahun 1981, merupakan media dengan konsentrasi ion yang lebih rendah dari media MS. Media diperuntukkan khusus tanaman berkayu, dan dikembangkan oleh ahli lain, tetapi sulfat yang digunakan lebih tinggi dari sulfat pada media WPM. Saat ini WPM banyak digunakan untuk perbanyakan tanaman hias berperawakan perdu dan pohon-pohon.
E.  Media Nitsch & Nitsch
Menggunakan NO3- dan K+ dengan kadar yang cukup tinggi untuk mengkulturkan jaringan tanaman artichoke Jerussalem. Penambahan ammonium khlorida sebanyak 0.1 mM, menghasilkan pertumbuhan jaringan yang menurun. Mereka mengambil kesimpulan, bahwa NH4+ sangat menunjang pertumbuhan kalus tembakau (Miller et al, (1956 dalam Gunawan 1988).
F.   Media Knop
Dapat juga digunakan untuk menumbuhkan kalus wortel. Kultur kalus, biasanya ditumbuhkan pada media dengan kosentrasi garam-garam yang rendah seperti dalam kultur akar dengan penambahan suplemen seperti glucosa, gelatine, thiamine, cysteine-HCl dan IAA (Dodds and Roberts, 1983).
G.  Media White
Dikembangkan oleh Hildebrant untuk keperluan kultur jaringan tumor bunga matahari, ditemukan bahwa unsur makro yang dibutuhkan kultur tersebut, lebih tinggi dari pada yang dibutuhkan oleh kultur tembakau. Unsur F, Ca, Hg dan S, pada media untuk tumor bunga matahari ini, sama dengan media untuk jaringan normal yang dikembangkan kemudian. Konsentrasi NO3- dan K+ yang digunakan Hildebrant ini lebih tinggi dari media white, tetapi masih lebih rendah dari pada media-media lain yang umum digunakan sekarang.
H.  Media Knudson dan media Vacin and Went
Media ini dikembangkan khusus untuk kultur anggrek. Tanaman yang ditanam di kebun dapat tumbuh dengan baik dengan pemupukan yang hanya mengandung N dari Nitrat. Knudson pada tahun 1922, menemukan penambahan 7.6 mM NH4+ disamping 8.5 mM NO3-, sangat baik untuk perkencambahan dan pertumbuhan biji anggrek. Penambahan NH4+ ternyata dibutuhkan untuk perkembangan protocorm.