Menurut Suryowinoto
(1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut tissue culture. Kultur
adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan
fungsi yang sama. Jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan
tanaman menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat seperti induknya. Metode
kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya
untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Kultur jaringan
tanaman terdiri dari sejumlah teknik untuk menumbuhkan organ, jaringan dan sel
tumbuhan. Jaringan dapat dikulturkan pada agar padat atau dalam medium hara
cair. Jika ditanam dalam agar, jaringan akan membentuk kalus, yaitu massa atau
sel-sel yang tak tertata. Kultur agar juga mempergunakan teknik untuk meristem.
Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk
mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat,
yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan induknya. Dari
teknik kultur jaringan tanaman ini diharapkan juga memperoleh tanaman baru yang
bersifat unggul. Secara lebih rinci dan jelas berikut ini akan dibahas secara
khusus kegunaan dari kultur jaringan terhadap berbagai ilmu pengetahuan
(Hamdan, 2008).
Di dalam memulai melakukan kegiatan kultur jaringan
diperlukan ruang dan peralatan. Ukuran ruang yang diperlukan dapat disesuaikan
dengan volume aktivitas kultur jaringan yang akan dilakukan. Ruang yang
diperlukan untuk kegiatan kultur jaringan yaitu laboratorium yang ideal yang
memiliki: 1.) Ruang persiapan yang di dalamnya terdapat timbangan analitik,
lemari pendingin, hotplate, mikrowave, oven, pH meter, alat-alat gelas standar
(labu takar, pipet volume, erlenmeyer, gelas piala, batang pengaduk dari gelas,
dan wadah kultur), alat untuk mencuci (washtaple), lemari untuk alat dan bahan
kimia, sentrifuse, fumehood, destilator, dan kereta dorong; 2.) Ruang transfer
yang di dalamnya terdapat laminar air flow, dissecting, mikroskop, alat
diseksi, lemari tempat penyimpanan alat-alat steril, dan timbangan kecil. 3.)
Ruang kultur yang dilengkapi dengan rak kultur dan lampu fluorescent, timer
untuk mengatur lama penyinaran, AC untuk mengontrol temperatur, mikroskop
binokuler, dan shaker (Barahima, 2011).
Keberhasilan dalam
teknologi serta penggunaan metode in vitro
terutama disebabkan pengetahuan yang lebih baik tentang kebutuhan hara sel
dan jaringan yang dikulturkan. Hara terdiri dari komponen yang utama dan
komponen tambahan. Komponen utama meliputi garam mineral, sumber karbon (gula),
vitamin dan pengatur tumbuh. Komponen lain seperti senyawa nitrogen organic,
berbagi asam organic, metabolit dan ekstak tambahan tidak multak, tetapi dapat
menguntungkan ketahan sel dan perbanyakannya (Anonim, 2011).
Medium yang digunakan untuk kultur jaringan tanaman dapat berupa medium
padat atau cair. Medium padat digunakan untuk menghasilkan kalus yang
selanjutkan diinduksi membentuk tanaman yang lengkap, sedangkan medium cair
biasanya dugunakan untuk kultur sel. Medium yang diggunakan mengandung lima
komponen utama, yaitu senyawa anorganik, sumber karbon, vitamin, zat pengatur
tumbuh dan suuplemen organik (Anonim, 2011).
Menurut Suryowinoto
(1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut tissue culture. Kultur
adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan
fungsi yang sama. Jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan
tanaman menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat seperti induknya. Metode
kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya
untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Kultur jaringan
tanaman terdiri dari sejumlah teknik untuk menumbuhkan organ, jaringan dan sel
tumbuhan. Jaringan dapat dikulturkan pada agar padat atau dalam medium hara
cair. Jika ditanam dalam agar, jaringan akan membentuk kalus, yaitu massa atau
sel-sel yang tak tertata. Kultur agar juga mempergunakan teknik untuk meristem.
Kegunaan utama dari
kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam
waktu yang relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama
persis dengan induknya. Dari teknik kultur jaringan tanaman ini diharapkan juga
memperoleh tanaman baru yang bersifat unggul. Secara lebih rinci dan jelas
berikut ini akan dibahas secara khusus kegunaan dari kultur jaringan terhadap
berbagai ilmu pengetahuan (Hamdan, 2008).
Di dalam memulai
melakukan kegiatan kultur jaringan diperlukan ruang dan peralatan. Ukuran ruang
yang diperlukan dapat disesuaikan dengan volume aktivitas kultur jaringan yang
akan dilakukan. Ruang yang diperlukan untuk kegiatan kultur jaringan yaitu
laboratorium yang ideal yang memiliki: 1.) Ruang persiapan yang di dalamnya
terdapat timbangan analitik, lemari pendingin, hotplate, mikrowave, oven, pH
meter, alat-alat gelas standar (labu takar, pipet volume, erlenmeyer, gelas
piala, batang pengaduk dari gelas, dan wadah kultur), alat untuk mencuci
(washtaple), lemari untuk alat dan bahan kimia, sentrifuse, fumehood,
destilator, dan kereta dorong; 2.) Ruang transfer yang di dalamnya terdapat
laminar air flow, dissecting, mikroskop, alat diseksi, lemari tempat
penyimpanan alat-alat steril, dan timbangan kecil. 3.) Ruang kultur yang
dilengkapi dengan rak kultur dan lampu fluorescent, timer untuk mengatur lama
penyinaran, AC untuk mengontrol temperatur, mikroskop binokuler, dan shaker
(Barahima, 2011).
Keberhasilan dalam
teknologi serta penggunaan metode in
vitro terutama disebabkan pengetahuan yang lebih baik tentang kebutuhan
hara sel dan jaringan yang dikulturkan. Hara terdiri dari komponen yang utama
dan komponen tambahan. Komponen utama meliputi garam mineral, sumber karbon
(gula), vitamin dan pengatur tumbuh. Komponen lain seperti senyawa nitrogen
organic, berbagi asam organic, metabolit dan ekstak tambahan tidak multak,
tetapi dapat menguntungkan ketahan sel dan perbanyakannya (Anonim, 2011).
Medium yang digunakan untuk kultur jaringan tanaman dapat berupa medium
padat atau cair. Medium padat digunakan untuk menghasilkan kalus yang
selanjutkan diinduksi membentuk tanaman yang lengkap, sedangkan medium cair
biasanya dugunakan untuk kultur sel. Medium yang diggunakan mengandung lima
komponen utama, yaitu senyawa anorganik, sumber karbon, vitamin, zat pengatur
tumbuh dan suuplemen organik (Anonim, 2011).
Menurut Suryowinoto
(1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut tissue culture. Kultur
adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan
fungsi yang sama. Jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan
tanaman menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat seperti induknya. Metode
kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya
untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Kultur jaringan
tanaman terdiri dari sejumlah teknik untuk menumbuhkan organ, jaringan dan sel
tumbuhan. Jaringan dapat dikulturkan pada agar padat atau dalam medium hara
cair. Jika ditanam dalam agar, jaringan akan membentuk kalus, yaitu massa atau
sel-sel yang tak tertata. Kultur agar juga mempergunakan teknik untuk meristem.
Kegunaan utama dari
kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam
waktu yang relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama
persis dengan induknya. Dari teknik kultur jaringan tanaman ini diharapkan juga
memperoleh tanaman baru yang bersifat unggul. Secara lebih rinci dan jelas
berikut ini akan dibahas secara khusus kegunaan dari kultur jaringan terhadap
berbagai ilmu pengetahuan (Hamdan, 2008).
Di dalam memulai
melakukan kegiatan kultur jaringan diperlukan ruang dan peralatan. Ukuran ruang
yang diperlukan dapat disesuaikan dengan volume aktivitas kultur jaringan yang
akan dilakukan. Ruang yang diperlukan untuk kegiatan kultur jaringan yaitu
laboratorium yang ideal yang memiliki: 1.) Ruang persiapan yang di dalamnya
terdapat timbangan analitik, lemari pendingin, hotplate, mikrowave, oven, pH
meter, alat-alat gelas standar (labu takar, pipet volume, erlenmeyer, gelas
piala, batang pengaduk dari gelas, dan wadah kultur), alat untuk mencuci (washtaple),
lemari untuk alat dan bahan kimia, sentrifuse, fumehood, destilator, dan kereta
dorong; 2.) Ruang transfer yang di dalamnya terdapat laminar air flow,
dissecting, mikroskop, alat diseksi, lemari tempat penyimpanan alat-alat
steril, dan timbangan kecil. 3.) Ruang kultur yang dilengkapi dengan rak kultur
dan lampu fluorescent, timer untuk mengatur lama penyinaran, AC untuk
mengontrol temperatur, mikroskop binokuler, dan shaker (Barahima, 2011).
Keberhasilan dalam
teknologi serta penggunaan metode in vitro
terutama disebabkan pengetahuan yang lebih baik tentang kebutuhan hara sel
dan jaringan yang dikulturkan. Hara terdiri dari komponen yang utama dan
komponen tambahan. Komponen utama meliputi garam mineral, sumber karbon (gula),
vitamin dan pengatur tumbuh. Komponen lain seperti senyawa nitrogen organic,
berbagi asam organic, metabolit dan ekstak tambahan tidak multak, tetapi dapat
menguntungkan ketahan sel dan perbanyakannya (Anonim, 2011).
Medium yang digunakan untuk kultur jaringan tanaman dapat berupa medium
padat atau cair. Medium padat digunakan untuk menghasilkan kalus yang
selanjutkan diinduksi membentuk tanaman yang lengkap, sedangkan medium cair
biasanya dugunakan untuk kultur sel. Medium yang diggunakan mengandung lima komponen
utama, yaitu senyawa anorganik, sumber karbon, vitamin, zat pengatur tumbuh dan
suuplemen organik (Anonim, 2011).
Pengamatan di
Laboratorium: