Respon Tanaman Terhadap Gejala Pemanasan Global Saat ini

Senin, 31 Oktober 2011

| | |
Global warming merupakan peningkatan suhu bumi akibat aktivitas manusia seperti perindustrian yang meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca seperti CO2, metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Meningkatnya suhu global tersebut menyebabkan berbagai perubahan terutama perubahan cuaca dan iklim menjadi tidak stabil,  hal tersebut dapat mempengaruhi hal lainnya sehingga dapat menimbulkan masalah baru khususnya bagi tanaman.
Perubahan cuaca dan iklim menjadi tidak stabil akan mempengaruhi tanaman dalam beradaptasi terhadap kondisi yang baru, bahkan tidak sedikit tanaman budidaya mengalami gagal panen akibat efek perubahan cuaca dan iklim yang tidak stabil tersebut.
Global warming ditandai dengan meningkatnya gas rumah kaca terutama CO2. Beberapa pendapat mengatakan bahwa meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfer sebenarnya memberikan dampak yang positif bagi proses fisiologis tanaman, yaitu merangsang fotosintesis sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produktivitasnya. Namun seiring dengan meningkatnya konsentrasi COmaka peningkatan suhu pun juga ikut terjadi, hal tersebut dapat menghilangkan pengaruh positif yang telah dikemukakan sebelumnya. Peningkatan suhu akan menyebabkan peningkatan respirasi pada tanaman sehingga dapat menurunkan produktivitas tanaman.
 Peningkatan gas CO2 di atmosfer mendapat respon yang berbeda-beda oleh masing-masing tanaman tergantung dari jenis tanaman serta kombinasi faktor-faktor pertumbuhan yang lain. Proses fisiologis pada tanaman yaitu fotosintesis dan respirasi, sangat bergantung pada kondisi CO2 di udara dan proses-proses fisologis tersebut akan mempengaruhi hasil tanaman. Dengan adanya perubahan kosentrasi CO2 di udara akan berpengaruh terhadap proses-proses tersebut sebagai suatu bentuk adaptasi tanaman.
Berbagai penelitian dilakukan untuk menunjukkan bahwa respon terhadap peningkatan kosentrasi CO2 udara terjadi mulai dari perubahan anatomi hingga proses fisiologis tanaman. Sebuah pengamatan dengan menggunakan mikroskop elektron menunjukkan adanya penipisan pada dinding bundle seath cell pada tanaman yang ditanam pada kosentrasi CO2 700 μl l-1 dibandingkan dengan tanaman yang ditanam pada kosentrasi 350 μl l-1. Hal ini diakibatkan oleh penurunan jumlah suberin pada dinding sel dan menyebabkan terjadinya peningkatan permeabilitas bundle seath cell terhadap CO2. Sedangkan peningkatan kosentrasi CO2 tidak menunjukkan perubahan nyata pada jumlah stomata serta panjang sel penjaga (Walting et al., 2000). Selain itu juga terjadi perbedaan respon fotosintesis antara jenis tanaman C3 dan C4 terhadap perubahan kosentrasi CO2 di udara. Beberapa tanaman mengalami perubahan biokimia sebagai tanggapan atas peningkatan CO2. Fotosintesis pada tanaman C3 mengalami peningkatan dengan bertambahnya kosentrasi CO2 di udara. Aktivitas Rubisco pada mesofil mengalami peningkatan yang cukup tinggi sebagai respon dari peningkatan CO2 udara. Beberapa penelitian menggunakan tanaman C3 (padi, gandum dan kedelai) menunjukkan adanya peningkatan total fotosintesis dan hasil pada kondisi elevated COdibandingkan dengan ambient CO2. Peningkatan kosentrasi CO2, menstimulasi peningkatan asimilasi CO2, pertumbuhan serta hasil tanaman C3 melalui penurunan aktivitas fotorespirasi serta peningkatan fiksasi CO2 oleh Rubisco. Ada asumsi bahwa peningkatan CO2 di atmosfer akan menurunkan pengambilan O2 oleh tanaman, namun demikian sebuah penelitian dengan enam ratus kali pengukuran pada sembilan jenis tanaman yang dilakukan di Illinois terhadap peningkatan kosentrasi CO2 dalam jangka waktu yang panjang menunjukkan tidak adanya penurunan pengambilan O2 respirasi tanaman (Davey et al., 2004).
Berbagai pendapat yang muncul tentang peningkatan CO2 dapat memicu peningkatan hasil harus dikaji terlebih dahulu melalui penelitian dengan mempertimbangkan berbagai faktor lain yang berubah.

Berbagai sumber.

Respon Tanaman Terhadap Gejala Pemanasan Global Saat ini

Global warming merupakan peningkatan suhu bumi akibat aktivitas manusia seperti perindustrian yang meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca seperti CO2, metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Meningkatnya suhu global tersebut menyebabkan berbagai perubahan terutama perubahan cuaca dan iklim menjadi tidak stabil,  hal tersebut dapat mempengaruhi hal lainnya sehingga dapat menimbulkan masalah baru khususnya bagi tanaman.
Perubahan cuaca dan iklim menjadi tidak stabil akan mempengaruhi tanaman dalam beradaptasi terhadap kondisi yang baru, bahkan tidak sedikit tanaman budidaya mengalami gagal panen akibat efek perubahan cuaca dan iklim yang tidak stabil tersebut.
Global warming ditandai dengan meningkatnya gas rumah kaca terutama CO2. Beberapa pendapat mengatakan bahwa meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfer sebenarnya memberikan dampak yang positif bagi proses fisiologis tanaman, yaitu merangsang fotosintesis sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produktivitasnya. Namun seiring dengan meningkatnya konsentrasi COmaka peningkatan suhu pun juga ikut terjadi, hal tersebut dapat menghilangkan pengaruh positif yang telah dikemukakan sebelumnya. Peningkatan suhu akan menyebabkan peningkatan respirasi pada tanaman sehingga dapat menurunkan produktivitas tanaman.
 Peningkatan gas CO2 di atmosfer mendapat respon yang berbeda-beda oleh masing-masing tanaman tergantung dari jenis tanaman serta kombinasi faktor-faktor pertumbuhan yang lain. Proses fisiologis pada tanaman yaitu fotosintesis dan respirasi, sangat bergantung pada kondisi CO2 di udara dan proses-proses fisologis tersebut akan mempengaruhi hasil tanaman. Dengan adanya perubahan kosentrasi CO2 di udara akan berpengaruh terhadap proses-proses tersebut sebagai suatu bentuk adaptasi tanaman.
Berbagai penelitian dilakukan untuk menunjukkan bahwa respon terhadap peningkatan kosentrasi CO2 udara terjadi mulai dari perubahan anatomi hingga proses fisiologis tanaman. Sebuah pengamatan dengan menggunakan mikroskop elektron menunjukkan adanya penipisan pada dinding bundle seath cell pada tanaman yang ditanam pada kosentrasi CO2 700 μl l-1 dibandingkan dengan tanaman yang ditanam pada kosentrasi 350 μl l-1. Hal ini diakibatkan oleh penurunan jumlah suberin pada dinding sel dan menyebabkan terjadinya peningkatan permeabilitas bundle seath cell terhadap CO2. Sedangkan peningkatan kosentrasi CO2 tidak menunjukkan perubahan nyata pada jumlah stomata serta panjang sel penjaga (Walting et al., 2000). Selain itu juga terjadi perbedaan respon fotosintesis antara jenis tanaman C3 dan C4 terhadap perubahan kosentrasi CO2 di udara. Beberapa tanaman mengalami perubahan biokimia sebagai tanggapan atas peningkatan CO2. Fotosintesis pada tanaman C3 mengalami peningkatan dengan bertambahnya kosentrasi CO2 di udara. Aktivitas Rubisco pada mesofil mengalami peningkatan yang cukup tinggi sebagai respon dari peningkatan CO2 udara. Beberapa penelitian menggunakan tanaman C3 (padi, gandum dan kedelai) menunjukkan adanya peningkatan total fotosintesis dan hasil pada kondisi elevated COdibandingkan dengan ambient CO2. Peningkatan kosentrasi CO2, menstimulasi peningkatan asimilasi CO2, pertumbuhan serta hasil tanaman C3 melalui penurunan aktivitas fotorespirasi serta peningkatan fiksasi CO2 oleh Rubisco. Ada asumsi bahwa peningkatan CO2 di atmosfer akan menurunkan pengambilan O2 oleh tanaman, namun demikian sebuah penelitian dengan enam ratus kali pengukuran pada sembilan jenis tanaman yang dilakukan di Illinois terhadap peningkatan kosentrasi CO2 dalam jangka waktu yang panjang menunjukkan tidak adanya penurunan pengambilan O2 respirasi tanaman (Davey et al., 2004).
Berbagai pendapat yang muncul tentang peningkatan CO2 dapat memicu peningkatan hasil harus dikaji terlebih dahulu melalui penelitian dengan mempertimbangkan berbagai faktor lain yang berubah.

Berbagai sumber.